SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 Molly dan Peri Angin

Go down 
PengirimMessage
kimchiriuza
Penulis Berbakat
Penulis Berbakat
kimchiriuza


Jumlah posting : 393
Points : 510
Reputation : 1
Join date : 21.12.11
Age : 30
Lokasi : Dimensi ke-7

Molly dan Peri Angin Empty
PostSubyek: Molly dan Peri Angin   Molly dan Peri Angin EmptyFri 18 Oct 2013 - 17:56


“MOLLY DAN PERI ANGIN”
Siang itu begitu panas, Paman Matahari memancarkan sinarnya yang terang ke penjuru bumi. Namun Peri Angin tak mau kalah, dengan sigap ia menari-nari, menggoyangkan dahan pohon, menerbangkan dedaunan, dan menghembuskan angin segar yang menyejukan. Namun sejuknya hembusan Peri Angin, sepertinya tak mampu menyejukan hati Molly, lihatlah dia sedang berjalan dengan wajah memerah sambil menendang sebuah kaleng kosong yang tidak bersalah. Uh, kasihan sekali kaleng itu? Kira-kira, ada apa ya dengan Molly? Rupanya Peri Angin pun menjadi penasaran, dengan segera ia bergerak menuju Molly dan menyapanya.

“Hai Molly..”
“Oh, hai Peri Angin”
“Apa kabarmu? Kau terlihat tidak baik? Ada apa?”
“Ah, tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja koq”
“Kaleng itu tidak bisa membohongi ku Molly, lihat dia sudah merana sekali karena jadi korban tendangan mu yang bertubi-tubi, ayolah aku kan sahabat mu, jadi ceritakan apa saja masalahmu, siapa tahu aku bisa membantu”

Molly hanya diam, dia tidak menjawab sedikit pun pertanyaan sang peri. Dia terus berjalan, namun tidak lagi menendang kaleng kosong itu. Peri Angin pun mengikuti tanpa banyak bertanya lagi, sepertinya Peri Angin juga takut jadi korban si Molly. Tak lama kemudian mereka sampai di Taman Wahana, Molly kemudian duduk pada sebuah kursi dibawah pohon Ara yang besar, sinar paman Matahari pun tertutupi oleh pohon itu. Wajah Molly kini tak semerah tadi, ia terlihat lebih tenang.

“Peri Angin, apa kau masih disini?” tanya Molly
“Iya Molly, ada apa?” jawab sang peri sambil meniupkan angin segar pada kulit Molly.
“Ehmm... boleh aku bertanya pada mu?”
“Katakan saja”
“Peri, kau kan sudah ada sejak lama, apa kau pernah melihat proses kelahiranku?”
“Hah? Memangnya kenapa?”
“Aku merasa, aku bukan anak ayah dan ibu”
“Waduh Molly, kenapa kau bisa berfikir seperti itu? Kau bertengkar dengan ibu mu?”
Molly menganggukan kepalanya.“Bunda hanya memperhatikan adik bayi, ia tidak memperdulikan aku lagi. Dirumah aku tidak boleh menyalakan TV dengan suara keras, padahal bila adik bayi menangis lebih berisik dari suara TV, tapi Bunda tidak mempermasalahkannya. Selain itu, Bunda juga tidak mau lagi mengajak ku bermain, padahal tadi aku hanya ingin ditemani untuk belajar mewarnai, tapi Bunda lebih sibuk bermain dengan adik bayi. Ayah juga, biasanya sepulang kerja ayah akan memelukku, dan membawa kue-kue yang enak untuk diriku. Tapi sekarang?  Pulang kerja ia langsung memeluk adik bayi. Huhuhuhuuu.... aku kesal peri, sepertinya aku tidak dibutuhkan oleh mereka lagi”

Tangis Molly meledak, mukanya kembali memerah. Dari jauh terlihat Paman Matahari turut mendengarkan cerita Molly. Ia kemudian mengedipkan matanya pada Peri Angin.

“ Peri Angin, mau kah kau membantu ku?” tanya Molly sambil terisak
“Apapun sayang, selagi aku mampu” jawab Peri Angin.
“Tolong bawa aku bersama mu peri, aku ingin menjadi seperti mu. Hidup bebas, bisa kemana saja tanpa ada yang memarahi”
Peri Angin terkejut, “Apa kau tidak salah Molly? Bagaimana dengan Ayah dan Ibu mu?” tanya sang peri.
“Biarkan saja, toh mereka tidak memperdulikan ku lagi” ucap Molly bersikeras.
Peri Angin melihat kearah Paman Matahari. Seolah mendapat ide, Peri Angin lalu berkata kepada Molly.
“Baiklah Molly, tapi bila kau ingin ikut dengan ku, kau tak boleh mengeluh. Kau harus melakukan apa yang aku lakukan. Kalau kau mengeluh aku akan langsung mengantarmu pulang dan kau tak boleh lagi ikut dengan ku” Peri Angin berkata tegas.
“ Tenang saja, aku tidak akan mengeluh, aku juga tidak akan menyusahkan mu peri”
“Baiklah kalau itu memang mau mu”

Perlahan Peri Angin mulai meniup tubuh Molly, sedikit demi sedikit tubuh Molly terangkat dari permukaan tanah. Wah, sekarang ia sudah berada dilangit. Molly terbang bersama Peri Angin. Ia terlihat sangat senang sekali.

“ Kita hendak kemana sekarang peri?”
“Menuju lautan, kita akan menolong Bibi Bulan untuk mengarahkan laut dan ombak”
“Wah senang sekali, aku akan membantu mu Peri”
Mereka lalu menuju laut Si Air Asin. Disana Peri Angin meniupkan angin yang sedikit kencang, menimbulkan ombak dan membuat arus laut menuju pantai. Molly juga ikut meniup, tapi olala... tiupannya tidak sekencang Peri Angin, ombak kecil saja tidak bisa dihasilkannya, yang ada tubuhnya malah basah terkena cipratan ombak. Tapi Molly terlihat senang.

Di kejauhan, terlihat sebuah perahu nelayan, disana nampak seorang anak berusia mungkin 12 tahunan, yang sedang duduk diatas perahu bersama ayahnya. Mereka tampak sabar menunggu kail pancing yang dilempar sang ayah dimakan oleh ikan. Molly melihat hal tersebut dengan tatapan heran.

“Wah, lihat peri! Kakak itu berani sekali, dia tidak takut berada dilautan yang luas seperti ini. Dan sepertinya ia terlihat begitu bahagia” seru Molly.
“Kau tahu Molly kenapa dia tidak merasa takut? Karena disitu ada ayahnya. Iya percaya ayahnya dapat melindungi dia dari apapun”
“Wah, senang sekali, andai ayahku juga seperti itu” Molly menjadi sedikit murung.
“Ayah mu juga seperti itu Molly, dia akan selalu melindungi mu”
“Tidak, ayah mungkin hanya akan melindungi adik bayi”
“Kau salah, dengar Molly tidak ada orang tua didunia ini yang tidak menyayangi anaknya, mereka akan selalu berusaha untuk menjaga dan melindungi anak-anak mereka”
“Tapi ayah dan bunda tidak  lagi memperhatikanku, mungkin aku bukan anak mereka”
“Hahahahaha....” Peri Angin tertawa,
“Kenapa kau tertawa peri?”
“Aku baru tahu tahu ternyata kau pelit sekali Molly”
“Pelit? apa hubungannya dengan masalah ku?”
“Kau tahu? Dulu kau diperlakukan sama seperti adik bayi mu sekarang ini, dipeluk, dimanja, disuapi, digendong, dan sebagainya”
“Benarkah begitu?”
“Hei, aku sudah ada sejak kau belum lahir, jadi aku tahu. Seharusnya kau bersyukur, karena dulu kamu lebih beruntung”
“Kenapa?”
“Iya karena waktu kau terlahir, kamu yang pertama mendapat semua yang terbaik dari ayah dan ibumu, kau juga masih bisa merasakan kasih sayang nenek dan kakekmu? Masa kau tidak mau membagi sedikit saja pengalaman itu kepada adik mu?”
Molly terdiam.
“Selain itu, coba kau lihat kakak yang ada diperahu tadi, ia memiliki 5 saudara, tapi ia tidak pernah mengeluh , walau demi adik-adiknya dia tidak bisa bersekolah dan harus membantu ayahnya di laut, ia tidak pernah marah”
Peri Angin menambahkan, “ Apa kau tidak malu Molly? Dia yang harus berbagi dengan 4 adiknya pun bisa terlihat bahagia, kamu hanya harus berbagi dengan seorang adik yang masih bayi pula masak harus marah-marah. Itu namanya pelit sekali bukan?”
“Kau benar Peri,” Molly menundukan kepalanya.

Tiba- tiba diujung lautan terlihat gulungan awan hitam menggumpal, wah ternyata itu si Beliung nakal, sepertinya ia ingin mengusili perahu nelayan tadi. Dengan sigap Peri Angin dan Molly menghampiri Si Beliung, Peri Angin meniup udara dengan sangat kencang untuk mendorong si Beliung agar tidak menghampiri perahu nelayan. Namun tiupan sang peri ternyata terlalu kencang, walhasil teman kita Molly ikut terdorong menuju si Beliung. Tubuh Molly berputar-putar dengan kencang, ia sangat takut dan akhirnya menangis dengan keras.

“Toloooongg..... Peri Angiiinnn Toloong aku!!!” teriak Molly
“Tunggu, aku akan segera membantu mu!”
Peri Angin kemudian menarik tubuh Molly dari si Beliung. Beliung yang ketakutan melihat Peri Angin segera lari menjauhi kapal nelayan. Sedangkan paman Matahari yang sedari tadi mengawasi terlihat lega, saat Molly telah selamat bersama Peri Angin.
“Huhuhuhuuuuuu.... Ayah Bunda maafkan Molly, Viola maafkan Molly” Molly menangis dengan keras.
“Tenang... kamu sudah aman Molly. Tak usah menangis lagi” bujuk sang Peri Angin.
“Peri antarkan Molly pulang, Molly mau pulang...”
“Baiklah, aku akan segera mengantar mu”

Paman Matahari kembali mengedipkan matanya pada Peri Angin, dan dibalas dengan senyuman oleh sang peri. Dalam sekejap mereka telah sampai didepan rumah Molly.

“Terimakasih Peri Angin”
“Sama-sama Molly, ingat kau tak boleh lagi marah kepada orang tua mu ya”
“Siiipppp, tenang saja akui akan selalu menyayangi mereka” Ucap Molly sambil mengangkat jempolnya.

Dengan segera Molly berlari kedalam rumahnya. Ia memeluk ibunya yang sedari tadi cemas menanti Molly. Mulai saat itu, Molly berjanji untuk selalu menyayangi orang tuanya, dan akan selalu berbagi dan tidak iri lagi dengan Viola adiknya. Sementara itu, sang Peri Angin kembali berkelana. Kira-kira, siapa lagi ya yang bakal dibantu oleh Peri Angin?
 
 
-SELESAI-

Kembali Ke Atas Go down
 
Molly dan Peri Angin
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» akhirnya terbit juga Buletin ATAS ANGIN
» Harmonisasi Indah Antara Layang-Layang Kertas dan Angin

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Buku Anak-
Navigasi: