Hihihi... cuma coba2 pamer puisi yang dulu pernah ditulis dan sekarang di permak lagi...
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Saat cahayanya menembus rindangnya pepohonan, memberikan kehidupan bagi umat-Nya…
Memberikan energy kepada setiap cabang-cabang daun untuk melakukan aktivitas pentingnya, berfotosintesis.
Memberikan kehangatan kepada tanah yang senantiasa menjanjikan banyak makanan bagi makhluk hidup yang mau menjaga dan merawatnya…
Bahkan memberikan semangat baru bagiku untuk tetap memandang kedepan, melupakan apa yang menjadi keinginanku dan berusaha bersyukur atas apa yang telah kudapat…
Haruskah?
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Saat kubuka jendela kamarku, aku benar-benar merasakannya…
Begitu kuat, begitu anggun, dan begitu ikhlas membagikannya pada umat yang selalu bersyukur atas apa yang diberikan Tuhannya pada mereka…
Bukankah seharusnya memang begitu? Saling ikhlas dan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya? Saling rendah hati dan mau mengakui bahwa tidak ada satupun makhluk hidup yang bisa meraih semua keinginannya?
Aku berusaha sadar dan mengerti… Meski sulit rasanya…
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Ketika cahayanya menyentuh wajahku, serta merta aku menutup mata. Membayangkan perjuangan yang telah kulalui selama bertahun-tahun hanya untuk mewujudkan impianku…
Tegakah Kau, membuatnya gagal (lagi), Tuhan?
Tegakah Kau membuatku kecewa (lagi) setelah berulang kali mencoba?
Atau Kau hanya ingin menunjukkan yang terbaik untukku? Karena ada pepatah yang mengatakan ‘apa yang kuanggap baik, tidak selamanya baik untukku’?
Aku mendesah panjang… Sulit untuk memahaminya…
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Aku mendesah (lagi)… Menyadari (lagi) betapa panjang jalan yang telah kulalui hanya untuk mewujudkan keinginanku…
Aku hanya ingin membuat mereka bangga, salahkah?
Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk mereka, salahkah?
Aku hanya ingin menjadi yang terbaik, salahkah?
Jangan katakan aku egois, karena memang ini ambisiku.
Jangan katakan aku sombong, karena aku akan melakukan segalanya demi keinginanku.
Jangan kalian minta aku untuk ikhlas karena ini bukan jalanku.
Jangan katakan aku tidak mensyukuri nikmat Tuhan, karena AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH PADA TAKDIR!
Tahun pertama, aku berhasil mewujudkannya, namun kuasaMu menggagalkannya…
Tahun kedua, Kau membuaiku dengan bayangan indah nama besar, membuatku sejenak terbuai tanpa menyadari keinginan terbesarku masih belum terwujud…
Tahun terakhir, akankah Kau mengulanginya lagi?
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Perjuangan, pantaskah disebut demikian?
Penantian, pantaskah disebut demikian?
Semua itu hanya untuk satu tujuan. Satu keinginan. Satu tekad. Satu ambisi. Satu harapan yang nyata, dibebankan ke pundakku. Satu kepercayaan yang lebih mahal harganya dibandingkan diriku sendiri.
Egoku muncul.
Bukan, ini bukan egois, melainkan sebuah pertanyaan besar yang entah akan kutujukan untuk siapa. Sebuah perwujudan dari rasa putus asa atas janji indah yang tak kunjung tiba.
Sampai kapan?
Sampai kapan aku harus bersabar? Berdiam diri? Merenungi nasib? Membayangkan betapa banyak pengorbanan yang tiada berakhir? Berapa lama lagi waktu yang harus kuhabiskan? Bukankah Tuhan selalu memberikan apa yang umatNya selalu perjuangkan? Memberikan balasan atas semua perjuangan dan penantian? Memberikan jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan siang malam? Bukankah Tuhan tidak tidur?
Bukankah Dia mengerti atas apa yang diinginkan oleh umatNya?
Tapi sampai kapan aku harus menanti? Sampai kapan aku harus berjuang?
Aku lelah!!!
Tolong jawab pertanyaanku!
Matahari tidak pernah secerah pagi ini…
Menemaniku mencari motivasi untuk bangkit kembali…