SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 Pahlawan Tanpa Tanding

Go down 
2 posters
PengirimMessage
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyThu 12 Apr 2012 - 22:27

Mata anak kecil itu membeliak melihat lautan api biru yang menerjang seluruh pandangannya. Geramannya menutupi isak mengharu-biru, melanda sanubarinya yang membeku. Terpaku, api biru itu tak mau memberinya belas kasihan setitik pun. Permohonannya tidak pernah sempat terucap, bahkan tak diberi waktu untuk setitik ingatan indah dalam sepuluh tahun hidupnya. Dia kandas begitu saja. Lenyap hingga langkahnya tak berbekas lagi.

***

Dahlia menitikkan air mata di hadapan mayat-mayat yang bergelimpangan. Rupa mereka sudah tersapu oleh bencana yang melewati sedetik dalam hidup mereka. Suara pemberian Tuhan yang pernah memenuhi udara di langit serambi Mekah ini tidak lagi menggubris serangga-serangga yang merubungi mereka. Tawa yang membahana berubah menjadi sedu-sedan yang mengisak-isak, tanpa kegembiraan, tanpa keriaan. Air mata itu tidak pernah terlihat, wajahnya tertutup masker yang menutupi sebagian besar wajahnya.

Seruan bersahut-sahutan mengudara di langit negeri Aceh. Seruan tanpa semangat, hanya pelipur lara yang mengendapi kemauan untuk terus maju, terus melangkah di antara riak-riak kesedihan. Tak ada lagi, kawan, kata mereka. Tak ada lagi yg bisa dilakukan selain terus hidup. Hidup untuk mengenang mereka, mereka yg telah tewas. Terus hidup sama artinya terus mengenang mereka, dengan itu mereka juga akan terus hidup.

Gadis itu mengusap matanya dengan hati-hati dengan lengannya yang sedari tadi tertutup oleh lengan bajunya. Betapa dia merasa malu akan kehati-hatiannya. Sementara banyak yang telah meninggalkan negerinya tanpa kemauan mereka, dia berhati-hati untuk tidak mengiringi mereka dalam perjalanannya. Apa boleh buat, pikir Dahlia. Hanya dengan terus hidup, aku justru bisa menolong mereka. Mereka yg masih panjang perjalanannya, mereka yg masih butuh iba dari sesamanya.

Dia menuntun seorang anak kecil yang terluka. Tidak parah, tapi jiwanya telah bersimbah darah, darah keluarganya, teman sepermainannya. Entah bagaimana anak sekecil itu dapat melanjutkan kehidupannya dengan begitu banyak luka di hatinya. Selepas sampainya dia di tenda penampungan korban bencana alam, dia mengeluarkan peralatan dari kotak P3Knya. Dia memberikan alkohol di tangan anak tersebut yang penuh dengan lecet-lecet. Muka anak tersebut menghitam oleh lumpur, mukanya kuyu tersiram air kepahitan.

"Sakit, dek?" sahut Dahlia mencoba beramah-tamah dengan bocah kecil yang baru saja ditemuinya. Penting bagi anak itu untuk merasa aman dengan orang-orang yang dia temui. Entah apa rasa aman itu masih tersisa di lubuk hatinya. Dia menunduk, tak menjawab. Dahlia tidak memaksanya lagi. Namun, kemudian dia berkata,

"Kadang kita gak tahu apa rencana Allah untuk kita, tapi pasti Dia punya alasan. Mungkin ada rencana yg lebih baik yang dipersiapkan oleh Allah..." Entah apakah bocah kecil itu memahami kata per kata yang dilontarkan Dahlia. Akan tetapi, hanya kata-kata tersebut yang tersirat dalam pikirannya. Bagaimana cara untuk menghibur orang-orang yang kehilangan, yg tetap hidup untuk menyaksikan kematian saudara/i-nya? Bahkan, dengan cara yang begitu mengenaskan? Dahlia tidak tahu, tetapi tetap berusaha.

"Kakak punya hadiah buat dedek..." Dia menyodorkan sebuah boneka beruang kecil yang berbulu lembut. Anak itu melirik waspada akan pemberiannya. "Lucu, kan? Gak pa-pa, ambil aja..." Dahlia menyorongkannya lebih dekat dengan sehati-hati mungkin agar tidak membuat anak itu ketakutan. Dia menatap sayu dan dengan perlahan mengambil boneka beruang itu. Dahlia hampir saja kembali menitikkan air matanya karena terharu, tetapi tidak boleh. Adalah terlarang, untuk memperlihatkan kelemahan di depan pasiennya. Dia harus memberikan semangat hidup kepada pasien-pasiennya, meyakinkan mereka bahwa keadaan pasti akan lebih baik di masa mendatang.

"Kak...," sahutnya lirih.

"Ya?" sahut Dahlia cepat tanggap. Dia terkesima oleh suara yang jernih dan bening itu. Lebih terkesima pula, bocah itu berani berbicara kepadanya. Apakah ini justru suatu kepasrahan akan nasibnya? Hingga dia merelakannya di tangan seorang yang asing?

"Apa bener ya, Allah punya rencana yang lebih baik? Kenapa aku dibiarin hidup ya, kak?"

Suaranya semakin lirih, tetapi dia meneruskan ceritanya. Dia memulainya dengan langit yang cerah tanpa awan. Begitu jernih melenyapkan segala kesusahan dan kewaspadaan. Bocah kecil itu bermain-main seperti biasa, beberapa hari yang lalu memang ada gempa besar melanda kampungnya, tetapi hari ini bumi tidak memperlihatkan angkara-murkanya. Tenang, seperti tak ada suatu tandapun. Memang dia mendengar adanya desas-desus yang tidakmengenakkan. Tapi, dia tidak mau mendengar, dia hanya ingin bermain dengan tenang.

Kampungnya memang jarang dilanda kedamaian. Pernah sekali ia menemukan mayat di pinggir jalan, mati tertembak oleh peluru metal yg dia ambil dan koleksi di rumahnya. Suara-suara dentuman yang mengerikan memang sering terdengar, tentara Indonesia berlalu-lalang di kampung mereka. Bahkan, tak jarang keluarganya dimasuki oleh orang-orang berseragam yang membawa senjata itu. Katanya, mereka akan mengakhiri ketidaktertiban di daerah ini. Bocah itu tidak mengerti, dia hanya melihat semakin lama justru semakin marak lalu-lintas peluru antara tentara itu dan anggota GAM.

Saat gempa itu terjadi, GAM sudah jarang memperlihatkan kesangarannya. Sudah jarang ia lihat lalu-lintas peluru itu. Hanya beberapa tentara masih juga berjaga-jaga. Katanya memang sudah ada pembicaraan antara Presiden dan GAM mengenai otonomi daerah Aceh. Tapi, dia belum memahami apa makna kata tersebut. Yang penting, akhirnya aroma busuk mayat semakin sedikit tercium oleh hidungnya, dan baginya itu merupakan kedamaian. Namun, gempa itu mengacaukan ketenangan warga di kampungnya. Beberapa rumah yang sudah bertembok retak, bahkan hancur oleh gempa. Untunglah, rumahnya hanya terbuat dari bilik bambu yang tahan oleh gempa. Begitu kata bapaknya.

Gempa itu lewat, dan hari kembali damai. Hanya sedikit terdengar kasak-kusuk warga yang cemas. Mereka seakan-akan menunggu gempa susulan yang kembali akan melanda kampung mereka. Namun, bocah itu tidak memperhatikan, apalagi memedulikannya. Dia kembali menikmati kedamaian dengan dolanan kampungnya yang membuatnya senang dan tertawa gembira. Gempa itu terlupakan olehnya.

Namun, hari yang naas itu ternyata membalikkan keadaan yang disangka sudah damai. Langit seakan bergemuruh oleh guntur yang bersahut-sahutan, tidak ada habisnya. Bocah itu bingung, dari mana asal suara itu. Seruan-seruan tidak ada habisnya, dan akhirnya ia sadar bahwa bencana belum berakhir. Orang-orang mulai berlarian ke arahnya. Dia berdiri terpaku, bingung oleh keadaan. Dalam keadaan setengah sadar terpacu-pacu oleh seruan dan teriakan kepanikan, dia mulai berseru-seru. Siapa saja yang dia ingat, dia teriakkan. Hatinya mulai membeku, dingin, hingga menembus batang otaknya. Dia tak mampu lagi berpikir, hanya berseru-seru dan melihat kesana-kemari, berharap ada yang menemuinya. Tapi, tidak ada, hanya orang-orang yang berlarian, tunggang-langgang dalam kepanikan. Kemanusiaan sudah tidak ada artinya dalam kepanikan massal. Menyelamatkan diri sendiri, itu saja yg harus diutamakan. Teman-temannya yang beberapa menit lalu sedang bermain dengannya, sudah lenyap. Dia tinggal di alam kekosongannya.

Bocah itu mulai menangis. Apa daya, sedu-sedannya kalah oleh kerusuhan di sekitarnya. Deru guntur yang tak ada habisnya itu menampakkan wujudnya di matanya. Sedu-sedannya terhenti, dia terbeliak melihat wujud maha perkasa seakan tiada bandingan itu. Wujud itu berupa kengerian yang tidak terkatakan bagaikan iblis yg merobek-robek langit biru jernih itu. Dia diam, pasrah akan nasibnya, palu takdir bertalu-talu di kepalanya. Ada satu kata di kepalanya, "mati." Kakinya gemetar, sendi-sendinya bergemeletuk tiada henti. Celana pendeknya telah basah, oleh keringat dan air seninya. Mati. Mati. Mati.

Selang beberapa detik kemudian, dia terhenyak. Tubuh kurusnya melayang tanpa perlawanan. Sebuah tangan yang kokoh melingkari pinggangnya, berseru-seru. Tapi, bocah itu tidak tahu apa yang diserukan oleh orang itu. Orang itu tidak hanya berseru-seru, dia menunjuk-nunjuk. Bagaikan jenderal yang sedang memimpin perang, bagaikan seorang nabi yang menarik nasib umatnya, dia mengarahkan banyak orang ke satu tujuan. Bocah itu hanya menatap, tubuhnya tergantung lunglai di sela tangan pria itu.

"Dia berlari ke mesjid. Dia lemparkan aku ke dalamnya. Tapi, dia gak masuk, kak... Dia keluar lagi..."

Dahlia tak sanggup lagi untuk menjadi perwira perkasa di hadapan seorang bocah kecil itu. Dia menangis, tahu apa kelanjutan ceritanya. Dia terisak-isak jauh lebih hebat daripada bocah itu, pertahanannya kandas. Dia hanya memahami kota Jakarta. Kerlip lampu bagaikan permata di malam hari, kemacetan dan keramaian yang penuh dengan kenyamanan di dalam mobil ber-AC. Dia tidak sadar begitu dekat kesuraman dan kemuraman dengannya. Dia sanggup menangis untuk ribuan orang yang telah tewas dalam kekuasaan Yang Maha Kuasa. Namun, tangisnya tak sedikitpun menolong kesedihan di hadapannya. Dan, bocah itu menjadi panglima tanpa tanding untuk Dahlia, bertahan dalam kelumpuhan nasibnya, tegak dalam kelamnya masa-masa yang akan datang.

Bocah itu membelai boneka beruangnya, menunduk, namun tak sanggup menumpahkan kepiluan dalam hatinya. Dia hanya menatap sayu bonekanya. Begitu bersih, dengan bulu berkilat memikat hati. Matanya bercahaya dalam kekelamannya, menatap balik bocah itu. Dia memeluk boneka itu dengan sayang, melimpahkan cinta yang berlebih-lebihan di hatinya yang tak mungkin lagi ia tumpahkan untuk orang-orang terdekatnya.

***

"Dek, bener gak mau ikut kakak ke Jakarta?"

Bocah itu menggeleng. "Kata kakak sama kayak kata-kata ibu, Allah punya rencana lebih baik daripada rencana manusia. Aku bisa hidup padahal aku hampir mati, mungkin itu rencana Allah. Makanya, aku mau di sini, sama orang-orang sekampung, bantu-bantu mereka bangun kampung lagi. Nanti main sama-sama lagi." Dia sudah bisa tersenyum cerah, walau mendung masih menggelayuti matanya. Mata itu tidak secerah senyumannya yang merekah.

Dahlia membalikkan badan, masuk ke dalam mobil yang akan membawanya kembali ke Jakarta. Meninggalkan pahlawan-pahlawan tanpa tanding di balik punggungnya. Mereka yang tetap bertahan dalam kepahitan dan kekelaman, membangun kembali serpihan-serpihan cinta mereka yang terserak di antara aroma tubuh-tubuh yang kian membusuk. Tidak hanya menahan rasa pilu, mengorbankan diri mereka untuk membangun kembali negeri mereka. Tanpa takut dijalari wabah bakteri-bakteri yang bersiap-siap untuk menggerogoti raga mereka yang masih lemah oleh kesedihan.

Dahlia membawa kembali segenggam harapan di kepalan tangannya, seperti saat bayi dia mengepalkan harapannya baik-baik. Dia memang masih bayi, bayi akan kekayaan penderitaan dan harapan-harapan yang tak berujung. Dia lahir kembali membawa secercah harapan bagi kehidupannya sendiri. Walaupun tidak setegar pulau tetangganya itu, walau tak sekaya batin mereka. Pahlawan-pahlawan tanpa tanding bagi bangsa mereka.


END


Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyThu 12 Apr 2012 - 23:02

sori ya klo adat ny kurang sesuai sama rakyat Aceh, abis gak pernah ksana... iri
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyFri 13 Apr 2012 - 15:01

sediih banget..
hiks Pahlawan Tanpa Tanding 782995
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptySat 14 Apr 2012 - 0:21

iya, ngebayangin penderitaan mereka dsana...
dtambah kmren kena gempa lg...
smpe ada 1 org yg mninggal, bkn krena gempa tp krena keinjek2...
pasti trauma bgt sm tsunami yg dlu itu... Nangis
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptySat 14 Apr 2012 - 13:52

iyah kak wind,
bagian yg paling sedih dr cerita kk it pas si anak ngeliatin bonekany yg putih bersih balik natap dia,
benar2 cerminan yg berkebalikan..
si anak begitu kucel, lusuh, mukany penuh kesedihan, si boneka begitu sempua (mana lagi boneka anak - anak pasti posenya lagi senyum),
jadi kayak tersayat gitu perrasaan si anak kecil..
iri mungkin ya liat bonekanya..
huhuu..
Pahlawan Tanpa Tanding 782995 Pahlawan Tanpa Tanding 782995 Pahlawan Tanpa Tanding 782995
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyMon 16 Apr 2012 - 2:17

wah saya malah tidak berpikiran sampai ke situ.... centil
jadi malu dah eike...
tp kurleb sih emg pngen ngegambarin gtu...
yah sis sagi lebih bagus deskripsinya soal itu... Smile
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyMon 16 Apr 2012 - 22:49

wah,
keren berarti kakak,
sekali nembak artinya bisa luas..
Pahlawan Tanpa Tanding 20875
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyTue 17 Apr 2012 - 4:12

Aamiin deh bisa bgtu... nyengir
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyWed 30 May 2012 - 1:39

BUMP...!!! murka
kok gak ada yg komen sih dcerpen yg ini... iri
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyWed 30 May 2012 - 9:52

wahahahaa..
ngebump yg udah lama..
udah bagus kak, ga ada lagi yg bisa dikomen..
*mungkin*
Pahlawan Tanpa Tanding 4160800927
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyWed 30 May 2012 - 12:33

bodo ah ngebump trit lama... <-- sering ngomel soal ini pdhl yak... kabur
kayakny gak mgkn deh sagi, krena biasany subjektivitas lain biasany mghasilkan opini yg lain... Muke Cape
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyWed 30 May 2012 - 14:19

ayo..
ayo..
dikomen..
Pahlawan Tanpa Tanding 3213619390
Kembali Ke Atas Go down
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding EmptyFri 1 Jun 2012 - 3:38

wah makasi sagi.... haru
bg mimin, brhubung yg komen cuman atu, jd aku tetep nge-bump ya... geli
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





Pahlawan Tanpa Tanding Empty
PostSubyek: Re: Pahlawan Tanpa Tanding   Pahlawan Tanpa Tanding Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Pahlawan Tanpa Tanding
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: