Gadis Dalam Lukisanku

Hari itu adalah hari penting bagi siswa-siswi SMA kami. Keheningan meliputi sekolah tersebut. aku duduk paling belakang dalam kelas. Beberapa siswa tampak tegang menatap kertas ujian mereka. Beberapa lagi tampak santai menanti jawaban. Seorang pengawas bertubuh besar menyeruput kopi hitamnya, merogoh saku ranselnya, lalu mengambil selembar koran dan membacanya. Suara kicauan mulai bergema. Seorang teman memlirik ke arah kawannya, seorang lain menjawab dengan isyarat tangan. Ada pula yang mengetuk meja beberapa kali, memberikan jawaban yang pasti. Begitulah situasi kelas saat ini.

Kala itu, aku melukis sesosok bidadari. Kutarik garis-garis indah pada bagian belakang soal kertas ujianku. Mulai terbentuk lekukkan wajahnya. Sosok wajah cantik tersebut adalah gadis yang juga berada dalam satu ruangan denganku. Tepatnya ia berada beberapa meja di kananku. Sesekali aku mencuri pandangan ke arahnya. Kadang kala ia menatap balik ke arahku. Mungkin dia menyadari arti dari tatapanku tersebut. Wajahku mulai memerah , lalu kubuang jauh dari padanya.

Goresan demi goresan mulai menghiasi kertas tersebut. Aku terlalu fokus menanti hasil akhir lukisan tersebut, Melupakan semua soal-soalku yang satu pun belum kujamah. Tak seperti murid-murid teladan yang duduk rapi di depan sana. Tampak serius menekuni soal-soal ujiannya.

Bell telah berbunyi. Kebisingan mulai terdengar di sepanjang lorong-lorong kelas. Beberapa siswa mulai mengisi lembar jawaban mereka dengan tergesah-gesah. Ada pula yang sudah mengumpulkan lembar jawabannya, seperti yang diperintahkan pengawas tersebut. Aku pun mulai bergegas, bergegas menyelesaikan bagian akhir lukisanku. Tak lupa ku isi lembar jawaban tersebut dengan asal saja. Setelah selesai, kuhampiri gadis yang menjadi model lukisanku tersebut.

“Hei… ini untukmu”. Kataku kepadanya seraya menyentuh pundaknya, lalu ia pun menoleh kepadaku.

“Apa ini?”. Gadis itu tampak heran. Beberapa kawan yang bersama-samanya pun ikut heran. Mereka menatapku curiga.

“Sepanjang ujian berlangsung, aku hanya bisa melukis wajahmu pada kertas ini... tak satu soalpun yang dapat kumengerti, selain dirimu yang ada di benakku. Terimalah…”. Jawabku dengan penuh percaya diri, lalu menyodorkan lukisan tersebut kepadanya.

Tiba-tiba gadis itu tertawa terbahak-bahak. Menatap jijik kepada lukisan tersebut.

“Kamu bodoh ya! masa tidak mengerjakan soal ujian hanya karna melukis wajah… yang tak dapat kukenali ini… bodoh!”. Balasnya dengan nada menyebalkan.

“Hei lihatlah lukisan bodoh ini!”. Gadis itu mempertunjukkan lukisan tersebut kepada teman-temannya. Lalu serempak, mereka mulai menertawainya. Menertawai lukisan bodoh itu.

“Ini mah corat-coretan, bukan lukisan. Dasar aneh!”. Kemudian gadis itu berserta kawan-kawanya berlalu meninggalkanku. Ia melempar kertas itu, tepat mengenai wajahku. Aku pun hanya dapat terpaku, mencerna apa yang telah terjadi. Tak berani untuk memikirkannya, kehampaan mulai menyelimuti hatiku.

Lalu kupungut kertas itu dari atas lantai yang dingin itu. Kupandangi wajah dalam lukisan tersebut...

Inikah sifatmu sebenarnya... berbeda dengan lukisan ini. Begitu cantik dan indah.

Uhk… dadaku mulai terasa sesak.

Dasar wanita menyebalkan… sialan kau!

-TAMAT-

Mohon kritik dan sarannya ya ..
memanggil para sensei.... hehehe,

walaaaahh serius nih prnah diginiin bro...
gampar aja huahahah...
malu kali bro digtuin ddpan temen2ny mkny bwt nutupin bgtu deh...

mreka kan anak SMA, bro...kykny enaknya dialognya dsesuaiin sm umur mreka, mksdny bahasany yg rada prokem gtu...

wah, serius nih ada cewek yg segini nyebelinnya?
jadi ga bisa komen yang lain deh,
#geram

...
(berjalan kepiting ke belakang tembok)
Ngegambar kertas soal adalah kerjaan saya lho... soal bukannya coret-coretan angka malah gambar semua (sering digetok guru karena malah ngegambar dan bukannya ngerjain soal)
Yak!
Mari koreksi penulisan (lagi? ==")

Quote :

memerah , lalu => Spasi? :>

tersebut, Melupakan => pakai titik atau koma nih?

Bell => 'l' cukup satu saja


soalpun => 'pun' dipisah


Kamu bodoh ya! masa => Kapitalisasi terlupakan :>

untukmu”. Kataku
“Apa ini?”. Gadis
=> Kenapa malah jadi salah? ._. Yang benar itu (untukmu," kataku) dalam kalimat langsung, sebelum petik tutup diberi koma. Sementara bila dialog dan kalimat yang melanjutkan berbeda kalimat, pakai titik.

jadi...

“Hei… ini untukmu," kataku kepadanya seraya menyentuh pundaknya, lalu ia pun menoleh kepadaku.

“Apa ini?."Gadis itu tampak heran

Yak!
Makin hari kayaknya Rui makin cerewet =="
(sempet berniat koreksi cara penulisan soal UTS dan bukannya ngerjain itu soal)

Yay!
Type cewek yang minta digampar kayak gitu tuh

@all ( tdk trmaksud rui )..
iya,, hahah... maklum, gw tipekal cowok yg gak bisa dimasukin ke hati masalah begituan.. ya sudahlah, biarkan saja.. dan sebenarnya, gak separah itu sih crita aslinya.. Hehehe...

@ruii...
waduh... saya suka nih!! gw jadi ada tim koreksi gini.. semakin bersemangat!!
Yayy!! thank's udah support gw ya.. jangan ragu buat terus mengomentari cerpen gw rui... dan jangan ragu juga buat terus memarahi saya!! ( Grrr... ).

haahhaaha...

tapi menurut kalian semua, gimana secara keseluruhan..
apa ada peningkatan.. atau hanya kekurangan yang tercipta dari karya gw ini..
Huhuuuh...

Peningkatan sekaligus kemunduran

Segi penceritaan udah mulai bisa mengalir...
tapi penulisan dialog yang udah bener malah jadi salah

jangan salahkan daku yang tak berdosa ini..
salahkan DIA!!
Dia yang selalu menemanimu di kesendirian mu..
DIA yang selalu ada dikala kamu ingin menyentuh hangat punggungnya..
DIa yang selalu setia menemanimu di saat malam tiba, disaat engkau sendiri mencari inspirasi lalu mulai mengisi kekosongan itu bersama DIA...

DIa adalah KOMPUTERKU sendiri!!!

disaat => di saat

(dor!)

Hahah ^^
Bawelku lagi kumat :>

memanggil arwah ruii yang lama...

Ngah~~
kesannya kok saya kayak punya banyak arwah ya?

rui bukan cuma punya banyak arwah,
banyak keanehan,
banyak kepribadian juga kayaknya..
hehe

peningkatan lah bisa dibilang elifirusdie,
cuma aku nya jadi ga peka lantaran udah kesal duluan.
kalo di kehidupan nyata ada perempuan model begitu..
uuuuggghh...

Banyak kepri... badian?

Topeng kali maksudnya? Aish... saya bukan kepribadian ganda kali~~

rui, ini yang secara kasat mata terlihat jelas ya,
contoh :

di satu sisi, doyan adegan gore dan film2 physco yg 'iwh' ga banget
di sisi lain, doyan manja2in anak kecil dan tiba2 jadi kakak yg penyayang

nah lo?

Mangkanya aku bilang, banyak topeng
jangan kepribadian ah

ga mau,
ga mau topeng..
ga mau..

Lalu maunya?

kepribadian!
yaaayy!

Aih...
Nggak mau ah kalau pakai istilah itu --"

trus apa yok?

Persona? :>

bedanya apa coba sama kepribadian rui?

Beda jauh~~